Pertemuan dengan Mas Agus Noor mengguncang pakem dalam otak gue. Lucu gimana satu kalimat sederhana bisa meluluhkan doktrin 26 tahun. Hmm.. Menarik. "Apa motifmu menulis?" that simple yet that deep. Butuh waktu cukup lama buat gue untuk berpikir, kenapa gue mau menulis? Awalnya jawaban gue diplomatis, "Mau menyampaikan sesuatu." Si Mas tampak nggak puas, dia menggiring sampai ke jawaban yang dia mau, "Beda kalau kamu mau jadi penulis yang baik."
Kuncinya latihan. Kalau mau jadi penulis yang baik, harus latihan. Coba deskripsikan hal-hal yang sederhana. Latih dan terus berlatih. Rasanya ada sesuatu yang terlepas dari diri gue dan melesat bebas. Sesuatu yang membuat gue kalem dan mau menyatakan kelemahan diri. Gue melepaskan diri dari paradigma, juga melepaskan diri dari belenggu yang gue ciptakan sendiri. Gue merasa di sinilah tempat gue berada, inilah tempat yang gue impikan selama ini. Ada. Nyata. Tapi gue tolak mati-matian karena bersebrangan dengan paradigma yang gue miliki selama ini. Sekarang gue lebih lentur dalam menanggapi isu diri dan sosial. Gue aneh, ada yang lebih aneh. Gue jadi janggal karena gue kukuh bertahan bahwa gue harus bertahan di arena yang salah. Maka jiwa gue menggeliat, memohon untuk dilepaskan. Itulah alasan gue nggak puas dengan pencapaian gue. Rasanya kosong, tapi kini gue tahu cara mengisinya. Jakarta, 29.07.2018
1 Comment
|
Archives
October 2017
Categories |