When A Snail Falls in Love (如果蜗牛有爱情), sebuah novel karangan Ding Mo yang diangkat menjadi sebuah film serial berdurasi 30 menit. Yep, karena durasinya pendek-pendek, bawaannya jadi ketagihan. Berkisah tentang seorang mahasiswi psikologi yang magang di kepolisian bagian kriminal berat bernama Xu Xu. Ceritanya Xu adalah seorang perempuan pendiam dan suka menggambar, keahlian deduksinya setara deh sama Sherlock Holmes, bedanya Holmes bawel banget sementara Xu kalem binti diem, kalo ditanya aja ngomongnya panjang. Sementara itu pimpinan tim yang dimasukin Xu adalah seorang lulusan yang luar biasa; ganteng, pinter, bertanggung jawab, bisa bela diri, keturunan orang kaya, singkat kata pujaan banget, tapi sinis dan cenderung judes (sama Xu aja sih) bernama Ji Bai (gw ga bercanda, emang namanya gini). Ji awalnya nolak sama keberadaan Xu karena dianggap cewek mungil ini lemah banget secara fisik yang nantinya akan mengganggu proses penyelidikan. Tapi cewek ini pinter banget dan pola pikirnya sebenarnya bisa menyamai pola pikir Ji. Melihat potensi Xu, Ji ngasih deadline untuk Xu melatih fisik baru akan diakui sebagai murid (dibimbing langsung gitu). Tapi entah gimana, Ji malah melatih Xu secara intensif. Percintaannya lambat banget sementara kasusnya escalated quickly, karena si cewek tipe yang menganalisis perasaannya sendiri sementara kasus terus berkembang, jadi Xu ibaratkan siput/keong yang lambat. Seiring kasus mulai terselesaikan, perasaan mereka berdua pun semakin intens dan berakhir bahagia. Agak berbeda dari filmnya, kasus yang di film kesannya jadi terjalin dan meluas, sebenarnya dalam novel ada tiga kasus yang mereka pecahkan bersama. Di film mungkin nggak terlalu terasa koneksi keduanya, kesannya kayak Ji ngerasa bertanggung jawab penuh sama Xu yang lemah, tapi di novel, digambarkan bagaimana mereka berdua bisa berkomunikasi tanpa perlu menggunakan kata-kata karena mereka berdua tipe pemerhati dan analis, jadi seakan-akan mereka bisa telepati. Di novel juga dijelaskan tentang Xu yang sebenarnya keturunan profesor sehingga bisa dipahami kenapa sifat Xu bisa agak janggal. Kejanggalan Xu ini yang membuat Ji jadi merasa tertarik, belum lagi keduanya cenderung memiliki logika yang serupa. Perbedaan lainnya adalah di novel kentara banget yang suka duluan sebetulnya Ji, tapi karena terbiasa jadi guru yang galak, jadi bawaannya jutek banget ke Xu sementara ke orang lain santai dan memesona. Baik film maupun novel menurut gue jalinan ceritanya apik dan nggak ngebosenin, try it if you have time, Mate! Jakarta, 17 Maret 2017 -R
0 Comments
Ok, fokus. Kalo kamu belum pernah denger kisah Hong Gil Dong, anggap aja Robin Hood yang berusaha menghapus perbudakan atau sistem kasta karena rentetan ketidakadilan yang dia rasakan sepanjang hidup. Gil Dong dikisahkan adalah putra seorang budak yang memiliki kekuatan luar biasa. Tokoh Gil Dong pas kecil sumpah lucu banget, bahkan pas mewek imut sekali. Dikisahkan kalo bapaknya Gil Dong, Ah Mo Gae, semakin berniat mengubah nasib setelah tahu anaknya punya super power. Kalo anak super power itu berkembang di kalangan budak, akan langsung disingkirkan karena dianggap sebagai ancaman. Ah Mo Gae mulai mengembangkan koneksi dan berteman dengan berandal. Hmm.. Bisa dibilang sih mafia kecil. Lalu pake strategi untuk keluar dari cengkraman bangsawannya. Huoh, di sini gw jadi paham kenapa Karl Marx begitu vokal akan perjuangan kaum proletar karena emang perlakuan hierarki kasta atas yang jumlahnya sedikit itu keterlaluan ke kasta bawah yang jumlahnya banyak. Betul kata Marx, kenapa nggak berontak? Sama-sama manusia, dengan jumlah yang lebih banyak, berjuanglah untuk hidup layaknya manusia. Di sini menarik karena drama ini mengupas aspek sejarah dengan jelas dan gamblang. Ketidakadilan antara bangsawan versus budak sangat eksplisit. Kemauan untuk memberontak dari sistem menghasilkan pesimisme bahkan dari grup Ah Mo Gae yang setia sama pemimpinnya. Pengikut Ah Mo Gae cuma mau hidup nyaman, sementara Gil Dong mau merombak tatanan negara.
Jakarta, 15 Maret 2017 - Rati |
Archives
October 2017
Categories |